Ethnoscience in Baduy Living Pedagogy

Selasa (31/08/2021) Pembelajaran IPA berbasis budaya banten di paparkan oleh dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Ibu Sri Wuryastuti, M.Pd dalam Virtual Summer School PGSD UPI Serang. IPA itu mempunyai 3 dimensi yaitu IPA sebagai produk dimana di dalamnya terdapat konsep, teori, dalil, rumus, hukum, dan sebagainya. Yang kedua adalah IPA sebagai proses dimana di dalamnya terdapat langkah-langkah yang ditempuh oleh seorang untuk menghasilkan suatu produk IPA (scientifict method). Metode sains ini digunakan untuk pembelajaran di SD menjadi pendekatan saintifik. Terakhir, IPA sebagai sikap. Menurut sains setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini (termasuk yang primitif) mempunyai pengetahuan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mengingat pengetahuan tersebut pada awalnya ditemukan dengan cara intuitif dan coba-coba (trial and error) yang secara umum bersifat non-ilmiah, atau belum dideskripsikan dengan dalil-dalil ilmiah.

Jika menghubungkan ilmu pengetahuan alam dengan orang-orang Baduy, mereka terbiasa membagi lahan hutan mereka menjadi 3 bagian salah satunya adalah hutan titipan. Konsep pembagian lahan itu sebetulnya sama dengan konsep konservasi lingkungan dan tanam nasional seperti di dalam ilmu pengetahuan alam. Selain itu konsep penanaman padi yang dilakukan masyarakat Baduy memang sangat tradisional tapi mereka terbiasa membedakan varietas dan juga jenis padi yang mereka tanam, hingga saat ini puluhan jenis padi sudah berhasil mereka tanam. Sebuah pantangan bagi mereka tidak ingin menanam varietas padi yang sudah dimodifikasi, contohnya varietas padi yang memiliki waktu panennya bisa lebih cepat ketimbang tanaman padi lainnya. Hal ini menjelaskan pula bahwa orang-orang Baduy mengembangkan dan melestarikan biodiversitas dimana mereka mengkonservasi keragaman hayati di bumi. Sebuah pertanyaan dari Mr. Sahat dari Taiwan beliau mengatakan apakah dalam IPA berbasis budaya itu tetap dimasukan juga kebudayaan barat atau kebudayaan internasional, ternyata pemateri manjawab bahwa tentu saja kebudayaan internasional khususnya barat akan selalu masuk kedalam ilmu pengetahuan namun karena berbasis budaya daerah maka kebudayaan barat tersebut tentunya harus di minimalisir agar tidak bertumbukan dengan kebudayaan lokal.

Virtual Summer School Program Day #5
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SELESAIKAN PROGRAM SEMESTER PADAT DI TAHUN AJARAN 2021

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *